Semua orang didunia memiliki impian masing-masing, termasuk
aku orang yang suka bermimpi dan memiliki banyak rencana. SUKSES, kata ini yang
sering dibuat oleh semua orang sebagai tujuan hidup mereka di dunia ini. Namun definisi
sebuah kesuksesan itu berbeda-beda untuk semua orang. Buat ku orang yang
terlalu banyak bermimpi ini sukses itu apa ya? Sukses itu buat ku tidak bisa
diukur oleh materi seperti kebanyakan setiap orang. Tapi sukses bagi ku itu
ketika orang bisa merasakan berkat Tuhan yang ada pada ku. Banyak orang yang
mengakatakan orang itu sukses jika telah memiliki materi yang berlimpah. Tapi
pertanyaannya adalah apa guna dari materi yang dimiliki apabila orang itu
apabila hanya dia yang bisa menikmati apa yang dimilikinya. Untuk memperoleh
kesuksesan itu sangat sulit namun aku harus mau melewati semuanya itu biar bisa
memperoleh kesuksesan itu. Aku pernah
membaca perkataan seseorang yang bilang gini ' KESUKSESAN ITU DIIBARATKAN
SEBAGAI SESUATU YANG ADA DI PUNCAK GEDUNG YANG TINGGI, DAN MENUJU KESUKSESAN ITU TIDAK ADA LIFT YANG
DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENUJU KESANA TETAPI KITA HARUS MELEWATI TANGGA DARURAT
DAN KITA HARUS MENAIKI ANAK TANGGA ITU SATU PERSATU'. Semenjak aku
menyelesaikan pendidikan Diploma 3 ku di kampus kebanggaanku itu aku memutuskan
untuk memulai tangga darurat itu untuk menuju KESUKSESAN yang aku harapkan
selama ini. Ini lah ceritaku untuk melewati setiap anak tangga itu.
LOBBY GEDUNG
Di lobby gedung ini saya menceritakan tentang kehidupan masa
lalu saya, yang ada kesedihan dan kebahagiaan. Aku orang batak asli baik dari sifat dan darah saya. Aku ini
adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang dilahirkan oleh seorang wanita
yang paling cantik diseluruh dunia BORU NADAPDAP NAULI LAGU. Ibuku itu seorang ibu yang sangat cantik dan
tiada tandingannya diseluruh dunia. Aku lahir di Ambarita, sebuah desa di Pulau
Samosir yang sangat indah(berlebihan kali ya? Sangat indah.). Setelah
melahirkan aku orang tuaku dan aku kembali lagi ke Bakongan sebuah desa di Aceh
Selatan tempat ayahku ditugaskan sebagai guru. Kami berada disana sampai pada
tahun 1999 terjadi krisis militer di Nangroe Aceh Darrusalam yang menbuat kami
jadi pindah ke kampung halaman bapakku di Ambarita. Masa-masa setelah kami
pindah dari Aceh merupakan masa paling sulit untuk keuangan kami. BORU NADAPDAP
yang melahirkan aku itu adalah ibu yang hebat. Dia tidak mai kami anaknya tahu
kalo keluarga kami mengalami krisis keuangan karena gaji bapak ku tidak pernah
diterima lagi selama satu tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup bapakku bekerja
sebagai guru honorer disekolah-sekolah yang ada di Ambarita. Dan setiap pulang
sekolah kami pergi ke ladang(lahan petanian) yang kami sewa dari gereja tempat
kami ibadah. Sampai suatu ketika disaat ibuku benar-benar tidak memiliki uang
untuk membeli lauk untuk kami. But my mom is a wonderful chef. Sebagai
pengganti lauk kami BORU NADAPDAP NAULI LAGU itu membuat masakan dari ubi kayu
yang ada di samping rumah kami yang dibuat menyerupai ikan teri sambel. Kami anak-anak
tidak pernah diberi tahu kalau kami sedang tidak memiliki uang sedikit pun. Dia
cuma bilang dia buat masakan itu karena ingin coba-coba saja. Ibuku memang
hebat dia menyimpan semua dalam hatinya. Tapi karena kehebatannya dalam
menyembunyikan masalahnya itulah yang membuat kondisi kesehatannya semakin
menurun dari hari kehari. Sampai-sampai untuk memeriksakan penyakitnya pun dia
tidak mau kerena dia lebih mementingkan anak-anaknya daripada dirinya sendiri.
Yang penting anaknya makan itu sudah membuat hatinya senang. Setelah bapakku
resmi pindah ke Ambarita pada tahun 2000 kehidupan ekonomi kami pun mulai
membaik. Ibuku BORU NADAPDAP NAULI LAGU itu tidak harus lagi membuat masakan
dari ubi kayu itu sebagai pengganti lauk kami. Dia juga membuka kantin disalah
datu sekolah tempat bapakku mengajar. Eh tapi tunggu dulu, mungkin para pembaca
heran kenapa aku hanya menceritakan tentang ibuku saja. Sebenarnya aku tidak
dekat dengan bapakku. Kami berdua memiliki sifat yang sama persis sehingga
sangat sulit untuk menyatu. Makanya aku tidak punya cerita banyak tentang
bapakku itu. Tapi dia ganteng kok. Sama kayak aku. Nah setelah itu bapakku ini
dulu sangat sering bermain kartu remi bersama teman-temannya di LAPO kalo orang
BATAK bilang sih MARLENG. Ibuku selalu
suntuk memikirkan itu dan aku dan adekku yang dibawahku selalu pergi menjemput
bapak setiap sore dari LAPO. Bapakku kalau di LAPO mau sampai lupa makan dulu.
Nah setelah adekku yang ketiga lahir pada saat adekku itu berumur 1 tahun
bapakku masuk Rumah sakit di Pematang Siantar karena penyakit maag akut yang
dideritanya. Ibuku ini memang sangat hebat, ternyata dia punya tabungan untuk
membiayai semua biaya pengobatan bapakku, walaupun dia itu harus meminjam dari
orang lain untuk membantu pembayaran biaya pengobatan bapakku selama sebulan
lebih di Rumah Sakit. Masuk SMP kami bisa punya rumah sendiri dan tidak harus
menyewa rumah lagi. Ibuku sangat senang setelah memiliki rumah sendiri namun
itu tidak membuat penyakit yang dideritanya semakin membaik. Setiap saat dia
selalu berkata kepadaku, kalo kami
bertiga anak-anaknya ini menikah dia akan sangat menyayangi menantunya
karna dia tidak memiliki anak perempuan. Dan aku juga sangat sering
mendengarkan dia mendoakan kami anak-anaknya satu persatu. Dia selalu mengajak
kami berdoa dan ibuku juga selalu menceritakan tentang pelayanannya sebagai
hamba Tuhan ketika masih muda dulu. Dia sangat ingin kami salah satu anaknya
menjadi seorang penginjil atau pelayan Tuhan. Tidak terasa dua tahun kami
menempati rumah itu. Aku pun masuk SMA dan adikku yang kedua masuk SMP juga
adek ku yang paling kecil (ini kesayangan ibuku dan paling manja) masuk SD.
Kondisi kesehatan ibuku sih kelihatannya semakin membaik. Di SMA aku punya dua
teman baik namanya BANGKIT UNEDO SIDABUTAR dan TUNGGUL RICHARDO PINTUBATU aku
pasti jadi korban keisengan mereka terus. Tetapi aku sangat senang berteman
bersama mereka banyak hal-hal lucu yang kulalui bersama mereka. Istilah kami
dulu kalau kami ada yang salah atau diejek sama orang-orang pasti berkata
begini 'BOAN MA KAPAL I KAWAN', yang artinya 'Kemudikan saja kapal itu' karena
kalau ada orang yang bandel pasti kebanyakan akan menjadi kondektur kapal
penyebrangan di tempatku. Aku ulang
tahun pada bulan Juni tepatnya aku lahir pada tanggal 11 Juni 1992. Kebetulan
hari ketika tanggal 11 Juni 2006 ketika aku berulang tahun yang ke 14, seperti
biasa aku dibanguni ibu pagi-pagi sekali dan memberikan sebutir telur ayam
rebus kepadaku sebagai ucapan selamat ulang tahun kepadaku seperti yang biasa
dilakukan ibuku setiap tahunnya. Ibuku selalu mengingat ulang tahunku padahal
aku terkadang lupa dengan ulang tahunku sendiri. Jadi setiap tahun hal itu lah
yang selalu di lakukan ibuku dihari ulang tahunku. Kemudian aku kembali
melanjutkan aktifitasku seperti biasa. Ibuku seperti biasa menanyakan mengenai
sekolah setiap pulang sekolah. Dan dia selalu merasa senang karena dari hari
kehari prestasi belajarku semakin meningkat. Sampai akhirnya aku menerima
laporan belajarku yang pertama di SMA. Aku tidak terima dengan hasil yang
kudapatkan. Karena menurutku aku harusnya mendapatkan lebih daripada itu. Aku
hanya mendapatkan peringkat ke 9 dikelasku, padahal teman-teman yang sering aku
ajari mendapatkan peringkat yang lebih bagus dibandingkan dengan aku. Aku
menceritakan hal itu kepada ibuku, tetapi dia hanya tersenyum dan berkata
'ITULAH PENILAIN GURU-GURUMU, JADI KAMU HARUS BERUSAHA LEBIH BAIK LAGI SEMESTER
DEPAN'. Aku diberikannya pernghiburan dan aku bisa menerima semuanya. Lalu aku
bilang kepadanya kalau aku nanti lulus SMA aku ingin kuliah di ITB perguruan
tinggi NO 1 di Indonesia. Ibuku hanya tersenyum dan bilang 'kalo kamu bisa
mendapatkan beasiswa penuh silahkan, tetapi DIMANA PUN EMAS ITU DIBUANG AKAN
SELALU MENJADI EMAS. kalo pendapat ibu sih kamu di POLITEKNIK INFORMATIKA DEL
saja mungkin kamu bisa lebih bagus kalo kuliah disana.'. Aku lemas mendengarkan
perkataan itu, tetapi aku ingat terus yang dikatakan ibuku. Setelah pembagian
hasil balajar di semester partama kami memasuki liburan semester dan liburan
Natal dan Tahun Baru. Aku sangat senang ketika liburan. Tetapi aku merasakan
sesuatu yang berbeda dalam diriku, aku selalu ingin bersama ibuku. Aku ingin
selalu dekatnya dan memandanginya setiap saat. Aku merasa aku akan lama sekali
tidak melihat wajah ibuku yang cantik itu. Aku terus menerus memandanginya
sampai ia menanyakan kenapa aku selalu memandanginya. Aku bilang saja kalau dia
sangat cantik. Dan kelak aku ingin memiliki istri yang mirip dengan dia. Dia hanya tersenyum dan malanjutkan
pekerjaannya memasak kue pesanan orang yang akan merayakan natal di gereja
sebagai snack mereka nantinya. Tiba-tiba aku memikirkan bagaimana bila ibuku
mati nanti, aku bakalan gimana nanti kalo ibuku mati? Siapa yang akan
melanjutkan usaha pembuatan kuenya ini. Aku belum mengetahui cara membuat kue
itu semuanya. Aku lalu menyakan cara membuat kue yang belum ku ketahui kepada
ibuku. Tetapi aku tidak merasa janggal kenapa aku sampai berpikir seperti itu.
Aku hanya yakin saja kalau ibuku akan terus menemani aku, hingga aku tua dan
hingga aku memiliki anak nantinya.
Seperti Natal-natal biasanya aku pasti ikut acara Natal Remaja dan
Naposo Bulung di geraja ku. Waktu itu tepat tanggal 28 Desember 2006 kami
melakukan acara perayaan Natal Remaja Dan Naposo Bulung gereja kami tepat pada
tanggal itu. Tidak seperti biasanya
ibuku tidak datang kegereja untuk menyaksikan perayaan Natal kami itu. Dia
hanya berada dirumah bersama Opung (Sebutan bagi Kakek/Nenek dalam bahasa
BATAK) ku yang kebetulan datang pada waktu itu dan akan pulang besok ke
rumahnya di Tiga Dolok (Salah satu desa yang berada di Simalungun). Setelah acara Natal kami selesai aku pulang
kerumah lewat tengah malam dan langsung tidur karena kecapean, disaat aku
tertidur pulas pukul 05.30 pagi tanggal 29 Desember 2006 saat kelam itu mulai
muncul. Ibuku tiba-tiba keluar dari kamarnya dan meminta bapakku untuk mijitin (dalam bahasa batak MANDAPPOL)
badannya. Tapi aku dan bapakku yang saat itu tidur diruang tamu tidak
mengabaikannya saat itu, lama-kelamaan mungkin rasa sakit yang dirasakan oleh
ibuku semakin tidak tertahankan lagi. Detik-detik terakhir aku melihatnya,
mulai dari sini rasa takut dalam hatiku mulai menjadi-jadi. Aku hanya bisa
melihat dari jauh ibuku tercinta, aku bingung aku tidak tahu harus
bagaimana. Aku hanya bisa terdiam dan
duduk memerhatikan ibuku yang sedang kesakitan. Kemudian opungku menyuruhku
untuk menjemput penatuah gereja terdekat, bapakku pergi meminjam mobil untuk
membawa ibuku ke rumah sakit di Pematang Siantar. Aku langsung pergi dan ketika aku kembali yang aku lihat hanya jasad
ibuku saja. Orang-orang sudah penuh didalam rumah kami dan mereka sudah
memandikan jasad ibuku itu. Pikiranku kacau balau, aku tidak tahu harus
bagaimana. Aku hanya dapat menangis dan menangis. Aku kehilangan akal sehat ku.
Aku seperti orang yang tidak waras. Tanggal 31 Desember 2006 pukul 17.00 sore
ibuku diantarkan ke tempat peristirahatannya yang terkahir. Dan aku masih belum
bisa menerima dan masih sangat marah kepada Tuhan. 'KENAPA HARUS AKU?' itu yang
selalu muncul diotakku. Aku seperti kehilangan arah. Tetapi aku masih mengingat
apa yang dikatakannya kepadaku. Sejak saat itu aku sering berbeda pendapat
dengan bapakku dan sangat sering marah satu sama lain. Aku menjadi bandel dan
tidak teratur. Aku dan adik-adik ku tinggal
bersama opungku , opung dari keluarga bapakku. Aku semakin menjadi-jadi
menghakimi Tuhan. Aku selalu berkata pada Tuhan kalau Dia itu tidak adil, Dia
itu jahat, dan aku paling benci dengan masa Natal dan Tahun Baru. Aku mulai
banyak melakukan kebohongan. Aku izin dari rumah untuk pergi kergereja Latihan
paduan suara dan yang aku lakukan adalah setelah selesai latihan aku pergi
ketempat hiburan malam dan melepas kepenatan disana. Aku selalu melakukan hal
itu setiap malam minggu. Dan aku selalu berbohong kepada bapakku dan Opungku.
Aku selalu bilang kepada bapakku kalo aku tidur dirumah opungku. Dan begitu
juga sebaliknya. Tidak terasa hampir 6 ibuku dan ulang tahunku pun telah
tiba. Pada ualang tahunku yang ke 15 tidak ada hal yang spesial, bahkan aku tidak
tahu kalo hari itu aku ulang tahun. Karena setelah ibuku meninggal tidak ada
lagi yang mengingatkan ulang tahunku kepadaku. Sampai-sampai aku bingung ketika
pacarku waktu itu memberikan kado kepadaku. Aku bingung apa yang sebenarnya
terjadi. Dan dia bilang kalau hari itu adalah ulang tahunku. Tapi aku hanya
sedih dan tidak bisa bilang apa-apa, karena aku mengingat ibuku yang telah
tiada. Tapi diulang tahunku berikutnya aku diberikan kado ulang tahun yang
membuatku benar-benar marah kepada bapakku. Dia mengatakan kalau dia akan
segera menikah ketika aku berulangtahun.
Aku benar-benar murka, aku tidak terima. Dan aku tidak bisa menerimahal
itu, benar-benar tidak bisa. Namun akhirnya
aku bisa menerimanya lama kelamaan. Dan
akhirnya aku menyelesaikan pendidikan SMA ku. Aku bingung mau kuliah dimana,
Aku putuskan untuk mencoba seleksi masuk ke PIDEL. Aku ikut seleksi melalui
jalur USM Kabupaten. Aku tidak menyangka aku lulus ujian akademiknya dan aku
bisa mengikuti ujian psikotestnya untuk tahap berikutnya. aku senangnya bukan
main, sebab aku dapat merasa aku pada akhirnya dapat mewujudkan impian ibuku
tercinta. Tapi masih ada keraguan dalam diriku sebab aku harus mengikuti ujian
yang lebih susah lagi. Aku takut gagal, tetapi aku tetap mencoba. Aku pergi
untuk intensif belajar ke Medan, kemudian aku bertemu dengan gadis yang
selanjutnya menjadi pujaan hatiku. Aku masuk kuliah dan melihat banyak
orang-orang sukses yang menjadi undangan disetiap acara yang diadakan oleh
kampusku. Itu mendorongku ingin seperto mereka, aku berharap kampusku bisa
menjadi pundasi yang bagus untuk meraih kesuksesanku kelak. Semua mimpiku ku
awali di kampus ini, banyak yang telah ku lalui disana mulai dari senang ,
sedih, sampai hinaan dari temanku. Tapi aku yakin bisa melewatinya.
Terinspirasi dari kampusku yang dibangun untuk membantu putra-putri disekitar
danau Toba yang ingin mendapatkan pendidikan bagus namun tidak memiliki
kemampuan ekonomi. Yang membuatku memiliki cita-cita yang hampir sama. Sejak
kuliah aku sangat prihatin melihat tanah kelahiranku SAMOSIR yang menurutku
amat terpuruk. Banyak putra-putri asli samosir yang memiliki kemampuan akademik
yang sangat hebat tetapi harus sekolah do SMA diluar SAMOSIR, untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih bagus baik lagi dan mereka kebanyakan menjadi membawa
nama daerahnya sekolah jika mengikuti perlombaan-perlombaan. Itulah yang
membuat saya bermimpi ingin membagun sebuah SMA yangberstandart internasional
untuk putra daerah samosir yang memiliki INTELEGENSI yang tinggi namun tidak
memiliki kemampuan ekonomi yang cukup untuk merasakan pendidikan yang bagus.
Dan semua biaya dan fasilitas pendidikan di sekolah itu nantinya GRATIS, tanpa
ada sepeser pun yang dikumpulkan dari siswanya. Tidak cuma itu belajar dari
kejadian ibuku yang meninggal karena terlambat mendapatkan pertolongan medis
yang baik, aku juga sangat ingin membangun sebuah rumah sakit yang memiliki
fasilitas lengkap yang sama dengan Rumah Sakit dikota-kota besar di kampung
halamanku. Aku sangat ingin hidupku nanti berguna bagi orang lain. Dan orang
lain dapat merasakan berkat yang diberikan Tuhan kepadaku. Kata orang aku terlalu
banyak bermimpi. Namun itu lah bangunan impian yang kurancang, Dan aku harus
pergi kepuncaknya untuk meraih kesuksesan yang ku impikan. Inilah lobby gedung
impianku. Sekarang aku sedang berada di lantai satu gedung ini. Aku akan
menceritakan bagaimana ceritaku dilantai satu selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar