Rabu, 05 Desember 2012

TANGGA DARURAT MENUJU SUKSES



Semua orang didunia memiliki impian masing-masing, termasuk aku orang yang suka bermimpi dan memiliki banyak rencana. SUKSES, kata ini yang sering dibuat oleh semua orang sebagai tujuan hidup mereka di dunia ini. Namun definisi sebuah kesuksesan itu berbeda-beda untuk semua orang. Buat ku orang yang terlalu banyak bermimpi ini sukses itu apa ya? Sukses itu buat ku tidak bisa diukur oleh materi seperti kebanyakan setiap orang. Tapi sukses bagi ku itu ketika orang bisa merasakan berkat Tuhan yang ada pada ku. Banyak orang yang mengakatakan orang itu sukses jika telah memiliki materi yang berlimpah. Tapi pertanyaannya adalah apa guna dari materi yang dimiliki apabila orang itu apabila hanya dia yang bisa menikmati apa yang dimilikinya. Untuk memperoleh kesuksesan itu sangat sulit namun aku harus mau melewati semuanya itu biar bisa memperoleh kesuksesan itu.  Aku pernah membaca perkataan seseorang yang bilang gini ' KESUKSESAN ITU DIIBARATKAN SEBAGAI SESUATU YANG ADA DI PUNCAK GEDUNG YANG TINGGI, DAN  MENUJU KESUKSESAN ITU TIDAK ADA LIFT YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENUJU KESANA TETAPI KITA HARUS MELEWATI TANGGA DARURAT DAN KITA HARUS MENAIKI ANAK TANGGA ITU SATU PERSATU'. Semenjak aku menyelesaikan pendidikan Diploma 3 ku di kampus kebanggaanku itu aku memutuskan untuk memulai tangga darurat itu untuk menuju KESUKSESAN yang aku harapkan selama ini. Ini lah ceritaku untuk melewati setiap anak tangga itu.



LOBBY GEDUNG

Di lobby gedung ini saya menceritakan tentang kehidupan masa lalu saya, yang ada kesedihan dan kebahagiaan. Aku orang batak asli  baik dari sifat dan darah saya. Aku ini adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang dilahirkan oleh seorang wanita yang paling cantik diseluruh dunia BORU NADAPDAP NAULI LAGU.  Ibuku itu seorang ibu yang sangat cantik dan tiada tandingannya diseluruh dunia. Aku lahir di Ambarita, sebuah desa di Pulau Samosir yang sangat indah(berlebihan kali ya? Sangat indah.). Setelah melahirkan aku orang tuaku dan aku kembali lagi ke Bakongan sebuah desa di Aceh Selatan tempat ayahku ditugaskan sebagai guru. Kami berada disana sampai pada tahun 1999 terjadi krisis militer di Nangroe Aceh Darrusalam yang menbuat kami jadi pindah ke kampung halaman bapakku di Ambarita. Masa-masa setelah kami pindah dari Aceh merupakan masa paling sulit untuk keuangan kami. BORU NADAPDAP yang melahirkan aku itu adalah ibu yang hebat. Dia tidak mai kami anaknya tahu kalo keluarga kami mengalami krisis keuangan karena gaji bapak ku tidak pernah diterima lagi selama satu tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup bapakku bekerja sebagai guru honorer disekolah-sekolah yang ada di Ambarita. Dan setiap pulang sekolah kami pergi ke ladang(lahan petanian) yang kami sewa dari gereja tempat kami ibadah. Sampai suatu ketika disaat ibuku benar-benar tidak memiliki uang untuk membeli lauk untuk kami. But my mom is a wonderful chef. Sebagai pengganti lauk kami BORU NADAPDAP NAULI LAGU itu membuat masakan dari ubi kayu yang ada di samping rumah kami yang dibuat menyerupai ikan teri sambel. Kami anak-anak tidak pernah diberi tahu kalau kami sedang tidak memiliki uang sedikit pun. Dia cuma bilang dia buat masakan itu karena ingin coba-coba saja. Ibuku memang hebat dia menyimpan semua dalam hatinya. Tapi karena kehebatannya dalam menyembunyikan masalahnya itulah yang membuat kondisi kesehatannya semakin menurun dari hari kehari. Sampai-sampai untuk memeriksakan penyakitnya pun dia tidak mau kerena dia lebih mementingkan anak-anaknya daripada dirinya sendiri. Yang penting anaknya makan itu sudah membuat hatinya senang. Setelah bapakku resmi pindah ke Ambarita pada tahun 2000 kehidupan ekonomi kami pun mulai membaik. Ibuku BORU NADAPDAP NAULI LAGU itu tidak harus lagi membuat masakan dari ubi kayu itu sebagai pengganti lauk kami. Dia juga membuka kantin disalah datu sekolah tempat bapakku mengajar. Eh tapi tunggu dulu, mungkin para pembaca heran kenapa aku hanya menceritakan tentang ibuku saja. Sebenarnya aku tidak dekat dengan bapakku. Kami berdua memiliki sifat yang sama persis sehingga sangat sulit untuk menyatu. Makanya aku tidak punya cerita banyak tentang bapakku itu. Tapi dia ganteng kok. Sama kayak aku. Nah setelah itu bapakku ini dulu sangat sering bermain kartu remi bersama teman-temannya di LAPO kalo orang BATAK bilang sih MARLENG.  Ibuku selalu suntuk memikirkan itu dan aku dan adekku yang dibawahku selalu pergi menjemput bapak setiap sore dari LAPO. Bapakku kalau di LAPO mau sampai lupa makan dulu. Nah setelah adekku yang ketiga lahir pada saat adekku itu berumur 1 tahun bapakku masuk Rumah sakit di Pematang Siantar karena penyakit maag akut yang dideritanya. Ibuku ini memang sangat hebat, ternyata dia punya tabungan untuk membiayai semua biaya pengobatan bapakku, walaupun dia itu harus meminjam dari orang lain untuk membantu pembayaran biaya pengobatan bapakku selama sebulan lebih di Rumah Sakit. Masuk SMP kami bisa punya rumah sendiri dan tidak harus menyewa rumah lagi. Ibuku sangat senang setelah memiliki rumah sendiri namun itu tidak membuat penyakit yang dideritanya semakin membaik. Setiap saat dia selalu berkata kepadaku, kalo kami  bertiga anak-anaknya ini menikah dia akan sangat menyayangi menantunya karna dia tidak memiliki anak perempuan. Dan aku juga sangat sering mendengarkan dia mendoakan kami anak-anaknya satu persatu. Dia selalu mengajak kami berdoa dan ibuku juga selalu menceritakan tentang pelayanannya sebagai hamba Tuhan ketika masih muda dulu. Dia sangat ingin kami salah satu anaknya menjadi seorang penginjil atau pelayan Tuhan. Tidak terasa dua tahun kami menempati rumah itu. Aku pun masuk SMA dan adikku yang kedua masuk SMP juga adek ku yang paling kecil (ini kesayangan ibuku dan paling manja) masuk SD. Kondisi kesehatan ibuku sih kelihatannya semakin membaik. Di SMA aku punya dua teman baik namanya BANGKIT UNEDO SIDABUTAR dan TUNGGUL RICHARDO PINTUBATU aku pasti jadi korban keisengan mereka terus. Tetapi aku sangat senang berteman bersama mereka banyak hal-hal lucu yang kulalui bersama mereka. Istilah kami dulu kalau kami ada yang salah atau diejek sama orang-orang pasti berkata begini 'BOAN MA KAPAL I KAWAN', yang artinya 'Kemudikan saja kapal itu' karena kalau ada orang yang bandel pasti kebanyakan akan menjadi kondektur kapal penyebrangan di tempatku.  Aku ulang tahun pada bulan Juni tepatnya aku lahir pada tanggal 11 Juni 1992. Kebetulan hari ketika tanggal 11 Juni 2006 ketika aku berulang tahun yang ke 14, seperti biasa aku dibanguni ibu pagi-pagi sekali dan memberikan sebutir telur ayam rebus kepadaku sebagai ucapan selamat ulang tahun kepadaku seperti yang biasa dilakukan ibuku setiap tahunnya. Ibuku selalu mengingat ulang tahunku padahal aku terkadang lupa dengan ulang tahunku sendiri. Jadi setiap tahun hal itu lah yang selalu di lakukan ibuku dihari ulang tahunku. Kemudian aku kembali melanjutkan aktifitasku seperti biasa. Ibuku seperti biasa menanyakan mengenai sekolah setiap pulang sekolah. Dan dia selalu merasa senang karena dari hari kehari prestasi belajarku semakin meningkat. Sampai akhirnya aku menerima laporan belajarku yang pertama di SMA. Aku tidak terima dengan hasil yang kudapatkan. Karena menurutku aku harusnya mendapatkan lebih daripada itu. Aku hanya mendapatkan peringkat ke 9 dikelasku, padahal teman-teman yang sering aku ajari mendapatkan peringkat yang lebih bagus dibandingkan dengan aku. Aku menceritakan hal itu kepada ibuku, tetapi dia hanya tersenyum dan berkata 'ITULAH PENILAIN GURU-GURUMU, JADI KAMU HARUS BERUSAHA LEBIH BAIK LAGI SEMESTER DEPAN'. Aku diberikannya pernghiburan dan aku bisa menerima semuanya. Lalu aku bilang kepadanya kalau aku nanti lulus SMA aku ingin kuliah di ITB perguruan tinggi NO 1 di Indonesia. Ibuku hanya tersenyum dan bilang 'kalo kamu bisa mendapatkan beasiswa penuh silahkan, tetapi DIMANA PUN EMAS ITU DIBUANG AKAN SELALU MENJADI EMAS. kalo pendapat ibu sih kamu di POLITEKNIK INFORMATIKA DEL saja mungkin kamu bisa lebih bagus kalo kuliah disana.'. Aku lemas mendengarkan perkataan itu, tetapi aku ingat terus yang dikatakan ibuku. Setelah pembagian hasil balajar di semester partama kami memasuki liburan semester dan liburan Natal dan Tahun Baru. Aku sangat senang ketika liburan. Tetapi aku merasakan sesuatu yang berbeda dalam diriku, aku selalu ingin bersama ibuku. Aku ingin selalu dekatnya dan memandanginya setiap saat. Aku merasa aku akan lama sekali tidak melihat wajah ibuku yang cantik itu. Aku terus menerus memandanginya sampai ia menanyakan kenapa aku selalu memandanginya. Aku bilang saja kalau dia sangat cantik. Dan kelak aku ingin memiliki istri yang mirip dengan dia.  Dia hanya tersenyum dan malanjutkan pekerjaannya memasak kue pesanan orang yang akan merayakan natal di gereja sebagai snack mereka nantinya. Tiba-tiba aku memikirkan bagaimana bila ibuku mati nanti, aku bakalan gimana nanti kalo ibuku mati? Siapa yang akan melanjutkan usaha pembuatan kuenya ini. Aku belum mengetahui cara membuat kue itu semuanya. Aku lalu menyakan cara membuat kue yang belum ku ketahui kepada ibuku. Tetapi aku tidak merasa janggal kenapa aku sampai berpikir seperti itu. Aku hanya yakin saja kalau ibuku akan terus menemani aku, hingga aku tua dan hingga aku memiliki anak nantinya.  Seperti Natal-natal biasanya aku pasti ikut acara Natal Remaja dan Naposo Bulung di geraja ku. Waktu itu tepat tanggal 28 Desember 2006 kami melakukan acara perayaan Natal Remaja Dan Naposo Bulung gereja kami tepat pada tanggal itu.  Tidak seperti biasanya ibuku tidak datang kegereja untuk menyaksikan perayaan Natal kami itu. Dia hanya berada dirumah bersama Opung (Sebutan bagi Kakek/Nenek dalam bahasa BATAK) ku yang kebetulan datang pada waktu itu dan akan pulang besok ke rumahnya di Tiga Dolok (Salah satu desa yang berada di Simalungun).  Setelah acara Natal kami selesai aku pulang kerumah lewat tengah malam dan langsung tidur karena kecapean, disaat aku tertidur pulas pukul 05.30 pagi tanggal 29 Desember 2006 saat kelam itu mulai muncul. Ibuku tiba-tiba keluar dari kamarnya dan meminta bapakku untuk  mijitin (dalam bahasa batak MANDAPPOL) badannya. Tapi aku dan bapakku yang saat itu tidur diruang tamu tidak mengabaikannya saat itu, lama-kelamaan mungkin rasa sakit yang dirasakan oleh ibuku semakin tidak tertahankan lagi. Detik-detik terakhir aku melihatnya, mulai dari sini rasa takut dalam hatiku mulai menjadi-jadi. Aku hanya bisa melihat dari jauh ibuku tercinta, aku bingung aku tidak tahu harus bagaimana.  Aku hanya bisa terdiam dan duduk memerhatikan ibuku yang sedang kesakitan. Kemudian opungku menyuruhku untuk menjemput penatuah gereja terdekat, bapakku pergi meminjam mobil untuk membawa ibuku ke rumah sakit di Pematang Siantar.  Aku langsung pergi dan  ketika aku kembali yang aku lihat hanya jasad ibuku saja. Orang-orang sudah penuh didalam rumah kami dan mereka sudah memandikan jasad ibuku itu. Pikiranku kacau balau, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya dapat menangis dan menangis. Aku kehilangan akal sehat ku. Aku seperti orang yang tidak waras. Tanggal 31 Desember 2006 pukul 17.00 sore ibuku diantarkan ke tempat peristirahatannya yang terkahir. Dan aku masih belum bisa menerima dan masih sangat marah kepada Tuhan. 'KENAPA HARUS AKU?' itu yang selalu muncul diotakku. Aku seperti kehilangan arah. Tetapi aku masih mengingat apa yang dikatakannya kepadaku. Sejak saat itu aku sering berbeda pendapat dengan bapakku dan sangat sering marah satu sama lain. Aku menjadi bandel dan tidak teratur.  Aku dan adik-adik ku tinggal bersama opungku , opung dari keluarga bapakku. Aku semakin menjadi-jadi menghakimi Tuhan. Aku selalu berkata pada Tuhan kalau Dia itu tidak adil, Dia itu jahat, dan aku paling benci dengan masa Natal dan Tahun Baru. Aku mulai banyak melakukan kebohongan. Aku izin dari rumah untuk pergi kergereja Latihan paduan suara dan yang aku lakukan adalah setelah selesai latihan aku pergi ketempat hiburan malam dan melepas kepenatan disana. Aku selalu melakukan hal itu setiap malam minggu. Dan aku selalu berbohong kepada bapakku dan Opungku. Aku selalu bilang kepada bapakku kalo aku tidur dirumah opungku. Dan begitu juga sebaliknya.  Tidak terasa  hampir 6 ibuku dan ulang tahunku pun telah tiba. Pada ualang tahunku yang ke 15 tidak ada hal yang spesial, bahkan aku tidak tahu kalo hari itu aku ulang tahun. Karena setelah ibuku meninggal tidak ada lagi yang mengingatkan ulang tahunku kepadaku. Sampai-sampai aku bingung ketika pacarku waktu itu memberikan kado kepadaku. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. Dan dia bilang kalau hari itu adalah ulang tahunku. Tapi aku hanya sedih dan tidak bisa bilang apa-apa, karena aku mengingat ibuku yang telah tiada. Tapi diulang tahunku berikutnya aku diberikan kado ulang tahun yang membuatku benar-benar marah kepada bapakku. Dia mengatakan kalau dia akan segera menikah ketika aku berulangtahun.  Aku benar-benar murka, aku tidak terima. Dan aku tidak bisa menerimahal itu, benar-benar tidak bisa.  Namun akhirnya aku bisa menerimanya lama kelamaan.  Dan akhirnya aku menyelesaikan pendidikan SMA ku. Aku bingung mau kuliah dimana, Aku putuskan untuk mencoba seleksi masuk ke PIDEL. Aku ikut seleksi melalui jalur USM Kabupaten. Aku tidak menyangka aku lulus ujian akademiknya dan aku bisa mengikuti ujian psikotestnya untuk tahap berikutnya. aku senangnya bukan main, sebab aku dapat merasa aku pada akhirnya dapat mewujudkan impian ibuku tercinta. Tapi masih ada keraguan dalam diriku sebab aku harus mengikuti ujian yang lebih susah lagi. Aku takut gagal, tetapi aku tetap mencoba. Aku pergi untuk intensif belajar ke Medan, kemudian aku bertemu dengan gadis yang selanjutnya menjadi pujaan hatiku. Aku masuk kuliah dan melihat banyak orang-orang sukses yang menjadi undangan disetiap acara yang diadakan oleh kampusku. Itu mendorongku ingin seperto mereka, aku berharap kampusku bisa menjadi pundasi yang bagus untuk meraih kesuksesanku kelak. Semua mimpiku ku awali di kampus ini, banyak yang telah ku lalui disana mulai dari senang , sedih, sampai hinaan dari temanku. Tapi aku yakin bisa melewatinya. Terinspirasi dari kampusku yang dibangun untuk membantu putra-putri disekitar danau Toba yang ingin mendapatkan pendidikan bagus namun tidak memiliki kemampuan ekonomi. Yang membuatku memiliki cita-cita yang hampir sama. Sejak kuliah aku sangat prihatin melihat tanah kelahiranku SAMOSIR yang menurutku amat terpuruk. Banyak putra-putri asli samosir yang memiliki kemampuan akademik yang sangat hebat tetapi harus sekolah do SMA diluar SAMOSIR, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih bagus baik lagi dan mereka kebanyakan menjadi membawa nama daerahnya sekolah jika mengikuti perlombaan-perlombaan. Itulah yang membuat saya bermimpi ingin membagun sebuah SMA yangberstandart internasional untuk putra daerah samosir yang memiliki INTELEGENSI yang tinggi namun tidak memiliki kemampuan ekonomi yang cukup untuk merasakan pendidikan yang bagus. Dan semua biaya dan fasilitas pendidikan di sekolah itu nantinya GRATIS, tanpa ada sepeser pun yang dikumpulkan dari siswanya. Tidak cuma itu belajar dari kejadian ibuku yang meninggal karena terlambat mendapatkan pertolongan medis yang baik, aku juga sangat ingin membangun sebuah rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap yang sama dengan Rumah Sakit dikota-kota besar di kampung halamanku. Aku sangat ingin hidupku nanti berguna bagi orang lain. Dan orang lain dapat merasakan berkat yang diberikan Tuhan kepadaku. Kata orang aku terlalu banyak bermimpi. Namun itu lah bangunan impian yang kurancang, Dan aku harus pergi kepuncaknya untuk meraih kesuksesan yang ku impikan. Inilah lobby gedung impianku. Sekarang aku sedang berada di lantai satu gedung ini. Aku akan menceritakan bagaimana ceritaku dilantai satu selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar